Kerajinan Wayang Kulit Pucung, Yogyakarta
Alamat: Pucung, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta
Sejak 1918 Pucung dikenal sebagai daerah kerajinan wayang
kulit. Seorang empu wayang, Mbah Gembloh, dianggap sebagai leluhur pembuat
wayang di kawasan ini. Konon
almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX pernah berpesan supaya kesenian
adiluhung membuat wayang dipertahankan hingga
anak cucu.
Mulanya generasi tua
konsisten mempertahankan pembuatan sesuai pakem pewayangan. Sejak 1970, dimotori perajin
muda, produksi mulai
bervariasi. Tak terbatas wayang, bermacam kreasi dibuat, seperti kipas,
pembatas ruangan, kaligrafi, dan
keranjang. Wayang pun dipoles lebih inovatif dengan pelbagai ukuran dan warna plus tambahan motif batik. Kesejahteraan
warga Pucung semakin meningkat setelah industri wayang ditangani Dewan
Kerajinan Yogyakarta. Kurun 1980-1998, pemasarannya bertambah luas hingga pasar
nasional dan internasional.
Saat krisis ekonomi 1998, industri wayang kulit Pucung
terkena imbas. Meski sempat bangkit, bisnis kembali sepi akibat gempa 2006. Belum
lagi ditambah isu terorisme, hilangnya kepercayaan dunia internasional
berpengaruh pada anjloknya pesanan. Kondisi tersebut mengakibatkan beberapa
perajin gulung tikar, dari 250 perajin aktif, kini tersisa kurang lebih 50
perajin.
Sumber:
Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2000
Diskusi