SENTRA KERAJINAN KERIS "BANYUSUMURUP" IMOGIRI, BANTUL, YOGYAKARTA
Citra
Banyusumurup sebagai daerah penghasil keris sudah dikenal sejak tiga abad silam. Menurut cerita
masyarakat, keahlian tempa diturunkan seorang empu asal Pasuruhan, Tomorejo.
Saat Majapahit dilanda perang, ia melarikan diri dan menetap di Banyusumurup.
Keturunan empu Tomorejo generasi ke 5, Djiwo Diharjo, masih aktif membuat keris
pusaka. Ia adalah satu-satunya pembuat keris pusaka di Banyusumurup. Pada 1982,
Sri Sultan HB IX menganugerahkan gelar Empu padanya, namanya pun berganti Empu
Sarjono Supo.
Pergeseran pembuatan keris pusaka ke
industri kerajinan terjadi 1950-an. Masyarakat Banyusumurup, sebagian besar
memilih mendalami keris kerajinan. Pembuatan keris pusaka dirasa berat karena
memerlukan modal besar dan syarat berat, salah satunya wajib melakukan laku prihatin. Keris pusaka berharga 2
juta hingga 3 juta rupiah, sedangkan keris kerajinan berkisar 25 ribu sampai
250 rupiah. Kini, sekira 200 perajin aktif membuat keris, warangka (sarung keris), dan pendok
(pegangangan).
Diskusi