A.C. Andre Tanama, Seniman Grafis ISI Yogyakarta
Mulutnya memang monyong dan
matanya buta, juga tak punya
daun telinga. Jika dilihat kepalanya, ia identik dengan sosok wayang. Tapi ia
bukan tokoh wayang, melainkan tokoh ciptaan pria bernama Albertus Charles Andre
Tanama, yang diberi nama Wayang Monyong.
Andre Tanama |
Andre tanama, pegrafis yang juga melukis dan membuat patung, telah
menciptakan dua karakter khas untuk mengisi
karya-karyanya. Selain Wayang monyong, pria kelahiran Yogyakarta 28 Maret 1982 ini juga menciptakan tokoh gadis kecil yang
diberi nama Gwen Silent.
Kelahiran dua tokoh
tersebut, sebenarnya dilandasi oleh Latar belakang kehidupan Andre, yang mana itu juga mendasari karya-karyanya yang lain. Dan untuk memahami dunia seni Andre, kiranya perlu juga ditengok latar belakang kehidupannya, baik sosial, psikologi, maupun kulturalnya.
Andre Tanama lahir dalam keluarga Ciwa (Cina dan Jawa). Ayahnya bernama
Tan Kian Bie (Albert Ryanto) dan ibunya bernama Caecilia Ruwini. Ayahnya
bekerja wiraswasta di bidang percetakan dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Andre merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Mereka sekeluarga tinggal di
Sidomulyo, Tegalrejo, Yogyakarta.
Saat Andre kelas 2 SMP, kedua orangtuanya cerai. Rumah di Sidomulyo pun
dijual dan hasilnya dibagi dua. Lalu Ayah menikah lagi dan sang ibu menjadi single
parent yang survive, menghidupi,
menyekolahkan dan mendidik keempat anaknya dengan keahliannya menjadi tukang
pijat refleksi.
Mereka berlima pun berkali-kali pindah rumah kontrakan: berpindah-pindah
lantaran kondisi kontrakan dan lingkungan yang tidak sesuai
harapan mereka, atau kontrakan yang tidak bisa diperpanjang lagi. Adapun kontrakan
yang pernah mereka singgahi secara berurutan, yaitu: di kampung Bedeng-di Bumijo Lor-di Pringgokusuman-sampai di gang Ontorejo, Wirobrajan.
Seringnya harus berpindah-pindah rumah kontrakan yang berkonsekuensi
sosial-psikologis-ekonomis,
ditambah dengan kebutuhan akan rasa aman untuk ibunya, dan juga untuk persiapan
pembayaran kontrakan
berikutnya, mengkondisikan Andre untuk memilih tema-tema yang dianggapnya dapat
memberikan rasa aman.
Fase-fase awal pencarian untuk dunia seninya, Andre sering menggarap
tema-tema keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan kisah-kisah penyaliban dan
sengsara Yesus. Pada fase ini, Andre
sedang mencari ikon atau metafor yang dapat menyalurkan trauma psikologis yang
mendalam.
Setelah itu, ia baru menciptakan
figur Wayang Monyong. Mulanya, saat semester 4 di Institut Seni Indonesia (ISI)
Yogyakarta, Andre disarankan
oleh dosen untuk berani menggarap deformasi bentuk, menggambar naif, dan lain-lain. Andre pun mencoba saran tersebut di rumah, tapi saat itu ia tidak bisa menikmatinya. Lalu ia mencoba melakukan deformasi bentuk kepala manusia, dan itu dipengaruhi
oleh kondisinya yang banyak problem dan kegelisahan.
Tokoh Wayang Monyong |
Ketika di lingkungan kampus Andre berinteraksi
dengan kakak-kakak angkatan. Saat itu ia melihat
dan merasakan beberapa di antaranya yang terlalu banyak omong, berkoar-koar
soal konsep-konsep yang tinggi, tapi ketika ditanya: Mana karyamu? Mereka diam
saja, tidak punya karya dan tidak bisa membuktikan
melalui karya nyata.
Dari situ Andre punya
pemikiran bahwa sebaiknya kita tidak perlu banyak omong, yang penting
kenyataannya. Tidak perlu banyak omong, yang penting karyanya. Terus ia menciptakan sketsa figur dengan mulut tertutup
corong seperti terberangus, yang mengisyaratkan bahwa lebih baik diam, dan
kongkretkan-lah.
Kemudian nada-nada sumbang dari om dan tantenya, yang mana mereka tidak
mendukung Andre kuliah di seni. Mereka selalu saja
menganggap bahwa karya yang Andre hasilkan tidak mampu memberi penghidupan. Tapi karena ibunya support, maka Andre pun merasa tidak perlu mendengarkan nada-nada sumbang
yang akan menjerumuskan atau membuatnya down. Hingga ia membuat figur dengan telinga tertutup.
Dan sejak perceraian orang tua, Andre mulai memberontak, dalam arti
bahwa ia tidak percaya dengan apa yang tampak fisik dari luar. Akhirnya ia mencoba
membuat figur dengan indera mata yang tertutup/seolah-olah seperti buta.
Mengisyaratkan bahwa apa yang kita lihat tidaklah selamanya seperti apa yang
kita kira, maka perlu menelusurinya lebih dulu. Hal itu pula yang mendorong Andre untuk merajah tubuhnya penuh dengan tatto secara
bertahap, sejak di bangku kelas 1 SMU sampai kelas 3 SMA.
Mulai tahun 2007, Andre
mengembangkan karakternya dengan menciptakan tokoh anak
perempuan kecil (umur 4-5 tahun). Sebenarnya
hal ini terinspirasi dari keinginannya (saat istrinya hamil) untuk memiliki
anak perempuan. Pada tanggal 11 April 2007, lahirlah anak pertama Andre yang
ternyata memang sesuai dengan keinginannya yakni berjenis kelamin perempuan.
Sang buah hati diberi nama Gwen Sai Ilen Tanama.
Dari nama anak
perempuannya itu, Andre terinspirasi untuk memberikan nama pada tokoh anak perempuan ciptaannya yaitu Gwen Silent. Gwent Silent
memiliki
karakter yang amat khas yaitu digambarkan tidak memiliki mulut dan mata yang
hampir selalu tertutup dalam setiap karya.
Tokoh Gwen Silent |
Karakter visual tanpa mulut pada Gwen Silent terasa pas karena silent berarti sunyi. Dan ketika akhirnya
Andre mengeksplorasi tema lingkungan, ciri visual ini
menguatkan karakter Gwen Silent yang merupakan penggambaran dari planet bumi
yang seakan hanya bisa diam
menerima semua perlakuan manusia.
Tentang ketertarikan
Andre pada aktivitas gambar-menggambar,sudah dimulai sejak
ia masih sekolah di SD Tarakanita, Bumijo Yogyakarta. Ia membuat komik pada
kertas-kertas bekas dengan subjek fable
kelinci. Dan ia banyak belajar dari komik Tiger Wong dan Tapak
Sakti karya komikus asal Hongkong, Tony Wong.
Sementara itu, prestasi Andre dalam seni sudah dimulai sejak ia SMP (di SMP Negeri 5 Yogyakarta) . Ketika SMP, Andre menjadi salah satu pelukis terpilih yang
mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Pameran dan Lomba
Lukis Kerjasama Pemda D.I. Yogyakarta dan Kyoto, Jepang (1995). Setelah tamat
SMA Negeri 6 Yogyakarta, tahun 2000, Andre mulai belajar seni rupa secara
formal di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, mengambil Jurusan Seni Murni ,dengan minat
utama pada Seni Grafis.
Di bangku kuliah, Andre mulai aktif mengikuti berbagai pameran dan
kompetisi seni grafis. Penghargaan yang pernah diraih antara lain: Penghargaan
Karya Seni Grafis terbaik selama 3 periode (2002, 2003, 2005), Juara 1 Trienal Seni Grafis Indonesia II (2006), dan
Penghargaan Academic Art Award kategori Emerging Artist Seni Grafis dari Jogja
Gallery dan ISI Yogyakarta (2007).
Tahun 2005, Andre berhasil menyelesaikan studinya di ISI dengan predikat
cumlaude. Kemudian pada 2006 ia diterima menjadi staff pengajar (dosen)
muda di Almamaternya. Dan sebelum jadi dosen, ia telah bekerja sebagai guru lukis
di beberapa TK sekaligus kerja di Calista Digital Photo Studio sebagai desainer
grafis divisi cetak. (Yunisa)
Sumber:
A.C. Andre
Tanama, Touch of Heaven: The Journey Begins. Yogyakarta: Srisasanti
Gallery, Agustus 2009.
Diskusi