Cernak: Dongeng dari Kakek


Iwan kembali terkenang sama kakeknya yang sudah meninggal. Kakeknya meninggal setahun yang lalu saat Iwan masih kelas empat SD. Dan waktu itu adik Iwan yang bernama Adi baru berumur empat tahun.
Iwan sangat rindu dengan dongeng-dongeng dari kakeknya. Ketika sang kakek masih hidup, Iwan dan Adi selalu mendengar dongeng dari kakeknya itu. Apalagi setiap mau tidur, pasti sang kakek menemani dengan dongeng-dongengnya yang begitu menarik.
Iwan juga ingat, ia sering menyuruh kakeknya itu mendongeng di depan teman-temannya yang sedang main ke rumah. Dan teman-temannya pun memuji kalau dongeng Dari kakek iwan sangatlah bagus.
Setiap mendongeng, sang kakek selalu bertingkah lucu. Dia bisa merubah-rubah suaranya untuk membedakan tokoh yang satu dengan yang lainnya. Karena itulah dongengnya mudah diikuti.
Suatu sore, adik kedua Iwan yang baru berumur delapan bulan mengalami demam. Ayah dan Ibu Iwan pun akan membawanya ke dokter. Dan pastinya Iwan disuruh tinggal di rumah serta menjaga Adi.
“Wan, ayah dan ibu mau ke dokter untuk memeriksakan adik bayimu. Kamu di rumah jaga Adi ya!” ucap si ibu.
“Bu, Adi ikuuut…!” rengek si Adi
“Sayang.. kamu di rumah saja sama kak Iwan. Kalau kamu ikut, nanti di sana malah ikut disuntik lho sama pak dokter.” bujuk ibunya.
“Iya Di, kamu di rumah aja sama kakak. Nanti kakak dongengkan sebuah dongeng dari kakek deh!” imbuh Iwan.
“Benar!” Adi memastikan. Dan Iwan pun mengangguk mengiyakan.
Akhirnya Adi mau juga ditinggal. Tapi dia meminta ibunya supaya nanti membelikan makanan.
Ibu dan bapaknya pun pergi ke dokter dengan naik sepeda motor. Iwan dan Adi mengantar sampai ke depan pintu. Menatap kedua orang tua yang mulai meninggalkan halaman rumah.
“Kak, ayo dongengkan!” tagih Adi.
“Baik, mari kita duduk di sofa!” ajak Iwan pada Adiknya.
Kemudian adik dan kakak itu akur duduk di sofa kamar tamu. Iwan ingin memenuhi janjinya. Baru pertama kalinya Iwan ingin mendongeng. Dan ia sudah menguasai beberapa dongeng dari sang kakek.
“Kali ini kakak mau mendongeng tentang Timun Emas. Kamu pasti belum pernah dengar kan?” ucap Iwan.
Timun Emas…. timunnya dari emas ya kak?” tebak Adi.
“Bukan, maksud kakak timun emas itu nama orang. Baiklah kakak mulai mendongeng saja.”
Iwan mulai mendongeng dengan gaya mirip kakeknya. Dia juga menganti-ganti suaranya supaya menarik. Dan Adi pun sesekali tertawa melihat kakaknya bertingkah lucu seperti kakeknya dulu.
Pukul enam suara motor Ayah Iwan terdengar. Adi masih asyik mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh kakaknya.
“Bu, mana oleh-olehnya?” Ucap Adi ketika melihat ayah dan ibunya masuk ke dalam rumah.
“Nih, Ibu belikan sate lontong.”
Kemudian Iwan dan Adi memakan sate lontong bersama-sama. Dan Adi pun tampak senang. Begitu juga dengan Iwan. Ia bangga telah berhasil menjaga adiknya. Ia juga sukses membawakan sebuah dongeng dari sang kakek. Pasti kakeknya juga bangga jika melihat cucunya itu mampu mendongeng. ( Yunisa Priyono, Cernak, Kedaulatan Rakyat: 29 April 2007)

ORDER VIA CHAT

Produk : Cernak: Dongeng dari Kakek

Harga :

http://www.penebar.com/2011/11/dongeng-dari-kakek.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi